Sumber gambar: bostonvision.com
Retinal detachment, atau ablasio retina, adalah kondisi medis darurat di mana lapisan retina terlepas dari lapisan di bawahnya (belakangnya), yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan tetap jika tidak ditangani segera.
Seperti diketahui, retina berfungsi untuk mengubah cahaya yang masuk ke dalam mata menjadi sinyal yang diteruskan ke otak, sehingga kerusakan pada retina dapat mengganggu proses penglihatan.
Jenis Retinal Detachment
Retinal detachment dibagi menjadi tiga jenis utama:
- Ablasio Retina Regmatogen: Jenis ini adalah yang paling umum dan terjadi akibat robekan atau lubang pada retina, memungkinkan cairan vitreus dari dalam mata masuk ke bawah retina, sehingga menyebabkan retina terpisah dari tempatnya.
- Ablasio Retina Traksional: Terjadi ketika jaringan parut atau jaringan abnormal menarik retina, menyebabkan pemisahan. Ini sering terkait dengan kondisi seperti diabetes, di mana pembuluh darah retina mengalami kerusakan.
- Ablasio Retina Eksudatif: Jenis ini terjadi tanpa adanya robekan pada retina, tetapi disebabkan oleh penumpukan cairan di bawah retina akibat berbagai kondisi seperti peradangan atau tumor
.
Gejala
Gejala awal dari retinal detachment meliputi:
- Floaters: Munculnya bayangan hitam yang tampak melayang.
- Fotopsia: Kilatan cahaya yang tiba-tiba muncul dalam penglihatan.
- Kehilangan Penglihatan: Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba tanpa rasa sakit, sering kali digambarkan sebagai melihat tirai menutupi bagian dari penglihatan.
- Penglihatan menjadi kabur atau seperti ada bayangan.
Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya retinal detachment adalah:
- Usia di atas 50 tahun.
- Riwayat miopia (rabun jauh) yang parah.
- Riwayat cedera mata.
- Riwayat ablasi retina sebelumnya dalam keluarga.
- Robekan atau lubang pada retina: Ini adalah penyebab paling umum. Cairan dari dalam mata bisa merembes melalui robekan ini dan masuk ke belakang retina, sehingga memisahkan retina dari lapisan di bawahnya.
- Tarik menarik pada retina: Hal ini bisa terjadi karena perubahan pada vitreous (cairan seperti gel di dalam mata) seiring bertambahnya usia, atau akibat kondisi medis tertentu seperti diabetes.
- Trauma mata: Cedera pada mata akibat benturan atau operasi mata juga bisa menyebabkan ablasi retina.
Diagnosis Ablasi Retina
Dokter mata akan melakukan pemeriksaan mata yang menyeluruh, yaitu:
- Dilatasi pupil: Pupil mata akan dilebar untuk memungkinkan dokter melihat bagian dalam mata secara lebih jelas.
- Oftalmoskopi: Alat ini digunakan untuk memeriksa bagian dalam mata, termasuk retina.
- Ultrasonografi: Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam mata.
Penanganan
Penanganan untuk retinal detachment biasanya memerlukan prosedur bedah untuk mengembalikan posisi retina. Prosedur yang umum dilakukan termasuk:
- Laser: Sinar laser digunakan untuk mengelas robekan atau lubang pada retina.
- Krioterapi: Suhu dingin digunakan untuk membekukan jaringan di sekitar robekan atau lubang.
- Pneumatic retinopexy: Menyuntikkan gelembung gas untuk menekan retina kembali ke posisinya.
- Vitrektomi: Mengeluarkan cairan vitreus dan jaringan yang menarik retina.
Pencegahan
Meskipun tidak semua kasus ablasi retina dapat dicegah, Anda dapat mengurangi risiko dengan:
- Melakukan pemeriksaan mata secara teratur, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga ablasi retina, diabetes, atau rabun jauh tinggi.
- Berhati-hati terhadap cedera mata.
- Memberikan perawatan yang tepat untuk kondisi mata lainnya.
Mengapa Ablasi Retina Berbahaya?
Jika tidak segera ditangani, ablasi retina dapat menyebabkan kebutaan tetap. Sel-sel retina yang terlepas dari tempat asalnya akan mati dalam waktu singkat. Kondisi ini memerlukan perhatian medis cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.